Kamis, 07 April 2016

Makalah Normalisasi pada DataBase

NORMALISASI
 
 
  PADA DATABASE
 

    





 
  OLEH
SITI HARDIATI(15101439)

KELAS H 












1. BAB I  PENDAHULUAN
    1.1 Latar Belakang
    1.2Tujuan
2. BAB II ISI
    2.1 Definisi normalisasi pada database
    2.2 Tujuan dilakukan normalisasi
    2.3 Functional denpendency
    2.4 Bentuk-Bentuk normalisasi beserta contohnya
3.BAB III PENUTUP
    3.1 Kesimpulan
    3.2 Saran
4.Daftar Pustaka















BAB I
Pendahuluan

1.1       Latar Belakang
            Normalisasi adalah suatu proses untuk mengidentifikasi tabel kelompok atribut yang memiliki ketergantungan sangat tinggi antara satu atribut dengan aribut lainnya.
Normalisasi bisa di sebut juga sebagai proses pengolompokan atribut-atribut dari suatu relasi sehingga membentuk “Well Stuructured Relation”.

1.2       Tujuan

            1.Untuk mengetahui definisi normalisasi pada database
            2. Untuk mengetahui tujuan dilakukan normalisasi
            3. Untuk mengetahui Functional denpendensy
           4. Untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk normalisasi beserta contohnya




BAB II
ISI

 2.1 Definisi

            Normalisasi adalah suatu proses memperbaiki/membangun data dengan model data relasional dansecara umum lebih tepat di koneksikan dengan data model logical.
Normalisasi adalah proses pengelompokan data ke dalam bentuk tabel atau relasi atau file untuk menyatakan entitas dan hubungan mereka, sehingga terwujud satu bentuk basis data yang mudah untuk di modifikasi
Normalisasi adalah suatu proses untuk mengidentifikasi tabel kelompok atribut yang memiliki ketergantungan sangat tinggi antara satu atribut dengan aribut lainnya.
Normalisasi bisa di sebut juga sebagai proses pengolompokan atribut-atribut dari suatu relasi sehingga membentuk “Well Stuructured Relation”.
            Well Stuructured Relation adalah sebuah relasi yang kerangkapan datanya sedikit (Minimum Amount Of Redudancy), serta memberikan kemungkinan bagi pemakai untuk melakukan  insert, Delete, Modify terhadap baris-baris data pada relasi tersebu,yang tidak berakibat terjadinya error atau inconsistency data yang disebabkan oleh operasi-operasiyang di berikan oleh pemakai.

2.2 Tujuan dilakukan normalisasi

Adapun tujuan dilakukan normalisasi yaitu :
1) database akan mudah untuk diakses dan dikelola,
2) akan menghemat space/ruang dalam komputer karena update data yang disimpan dalam    database dilakukan dengan operasi yang minimum dan menghindari reduncancy data, dan ini juga berarti menghemat ‘cost’,
3) menghindari problem-problem update anomalies terhadap data yang disimpan dalam database sehingga terhindar dari inkonsistensi data.
4) menghilangkan kerangkapan pada data/ redudansi.
5) mengurangi kompleksitas
6) mempermudah pemodifikasian data
7) menghilangkan anomali data

 2.3 Functional denpendensy

        Functional Dependency (FD) ialah suatu ketergantungan relasi yang terjadi antara atribut dlam tabel atau set entity dengan atribut lain. FD menggambarkan suatu relationship/ hubungan, batasan, keterkaitan diantara atribut dlam relasi.
Basis data yang baik hanya terdapat 1 ketergantungan fungsional dalam 1 entity/label, disebut dengan Basis Data Normal. Simbol yang digunakan dalam FD adalah à , yang artinya secara fungsional menentukan.

Notasi Dalam  FD
1. Notasi FD: A => B
Maksudnya yaitu A dan B adalah atribut dari suatu tabel. Jadi secara fungsional A menentkan B atau B tergantung dari A, jika dan hanya jika ada 2 basis data dengan nilai yag sama maka nilai B juga akan sama.
2. Notasi:  A X=> B
Artinya yaitu kebalikan dari notasi sebelumnya.
Contoh:
NamaKul
Nrp
NamaMhs
NiHuruf
Struktur Data
12345
Nuril Utami
A
Struktur Data
12346
Sekar Sari
B
Basis Data
12345
Nuril Utami
B
Basis Data
12346
Sekar Sari
A
 
Keterangan dari FD diatas:
1. Nrp => NamaMhs
Karena untuk setiap nilai Nrp ynag sama, maka nilai NamaMhs juga akan sama.

2. {NamaKul, Nrp} => NiHuruf
Karena atribut Nihuruf tergantng pada NamaKul dan Nrp secara bersama-sama. Atau NamaKul & Nrp ynag sama, mka NiHuruf juga akan sama, sebab NamaKul dan Nrp merupakan key yang bersifat unik.

3. NamaKul  X => Nrp

4. Nrp => NiHuruf

Jenis- jenis Dependency


1.Full functional Dependency 
    Yaitu jika ada atribut A dan B dalam suatu relasi, dimana B memiliki keterantungan fungsional secara penuh terhadap A dan B bukan memiliki dependensi terhadap subset A.

2. Partially Dependency
    Yaitu jika terdapat beberapa atribut yang dapat dihilangkan dari A dengan ketergantungan tetap dipertahankan dan B memiliki dependensi terhadap subset A.

3. Transitive Dependency
    Yaitu dimana A,B, C adalah atribut dari sebuah relasi A=> B dan B => C, jadi bisa dikatakan kalau C sebagai transitive dependency terhadap A melalui B.


Aturan-aturan dalam Ketergantungan Fungsional

Jika A, B , C merupakan himpunan atribut pada sebuah relasi R, ada beberapa sifat yang disebut Axioma Amstrong (sifat-sifat untk normalisasi) , yaitu:
*Aksioma Reflexity: Jika B merupakan bagian subset A, maka A => B. 
* Aksioma Augmentasi: Jika A => B, maka AC => BC. 
*Aksioma Transitifity: Jika A => B dan B => C, maka A => C .

Dari  aturan-aturan diatas dapat dibuat aturan-aturan turunan sebagai berikut:
Union: Jika A => B dan A => C, maka A => BC,
Dekomposisi: Jika A => BC , maka A => B dan A => C,
Peseudo Transitifity: Jika A => B dan BC => D, maka AC => D, 
     

2.4 Bentuk-Bentuk normalisasi beserta contohnya

            Bentuk normal suatu relasi bisa sampai ke tingkat lima 5NF, yaitu 1NF – 2NF – 3NF/BCNF – 4NF – 5NF.Tetapi secara praktik dalam dunia nyata, relasi dalam suatu database sudah dibilang baik kalau sudah mencapai 3NF (bentuk normal ketiga). Gambar tingkatan normalisasi bisa dilihat seperti gambar di bawah ini.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhyphenhyphenXQd_59GOiMQC5DzUniniGv6Nca2G0aZd0k-LijySIVPFX06Rg9Jp4vd1X-AVa2pgmGN9LuKwyoK2b7FW6ynRjBJeWXKKX__IfKnzEuQHCuYDnhjWU3Qnmthyjv13e5huB_k7YzBt5Q/s1600/image008.gif

1) Normal Form
     Data yang direkam dan dimasukkan secara mentah dalam suatu tabel pada bentuk ini sangat mungkin terjadi inkonsistensi dan anomali data
Contoh Normal Form
Contoh normal form

Pada bentuk ini ada beberapa ciri ciri yang penting, yang pertama adalah akan terjadi anomali dalam insert, update, dan delete. Hal ini menyebabkan beberapa fungsi DML dalam SQL tidak dapat berjalan dengan baik. Sebagai contoh jika ingin menghapus penerbit maka data judul buku akan ikut terhapus begitu juga jika ingin menghapus peminjam, maka data penerbit dan buku yang harusnya tidak terhapus akan ikut hilang.

2)Normal Form (1NF)

    Bentuk normal yang pertama atau 1NF mensyaratkan beberapa kondisi dalam sebuah database, berikut adalah fungsi dari bentuk normal pertama ini.
Menghilangkan duplikasi kolom dari tabel yang sama.
Buat tabel terpisah untuk masing-masing kelompok data terkait dan mengidentifikasi setiap baris dengan kolom yang unik (primary key).
Contoh Normalisasi Database 1NF
Normalisasi Database 1NF

Pada intinya bentuk normalisasi 1NF ini mengelompokkan beberapa tipe data atau kelompok data yang sejenis agar dapat dipisahkan sehingga anomali data dapat di atasi. Contoh adalah ketika kita ingin menghapus, mengupdate, atau menambahkan data peminjam, maka kita tidak bersinggungan dengan data buku atau data penerbit. Sehingga inkonsistensi data dapat mulai di jaga.

3)Second normal form (2NF)

Syarat untuk menerapkan normalisasi bentuk kedua ini adalah data telah dibentuk dalam 1NF, berikut adalah beberapa fungsi normalisasi 2NF.
Menghapus beberapa subset data yang ada pada tabel dan menempatkan mereka pada tabel terpisah.
Menciptakan hubungan antara tabel baru dan tabel lama dengan menciptakan foreign key.
Tidak ada atribut dalam tabel yang secara fungsional bergantung pada candidate key tabel tersebut.
Contoh normalisasi database bentuk 2NF
Contoh Normalisasi Database 2NF

Contoh di atas kita menggunakan tabel bantuan yaitu tabel transaksi, pada intinya bentu kedua ini adalah tidak boleh ada field yang berhubungan dengan field lainnya secara fungsional. Contoh Judul Buku tergantung dengan id_Buku sehingga dalam bentuk 2NF judul buku dapat di hilangkan karena telah memiliki tabel master tersendiri.

4)Third Normal Form (3NF)

Normalisasi database dalam bentuk 3NF bertujuan untuk menghilangkan seluruh atribut atau field yang tidak berhubungan dengan primary key. Dengan demikian tidak ada ketergantungan transitif pada setiap kandidat key. Syarat dari bentuk normal ketiga atau 3NF adalah :
Memenuhi semua persyaratan dari bentuk normal kedua.
Menghapus kolom yang tidak tergantung pada primary key.
Contoh Normalisasi Database Bentuk 3NF
Tidak semua kasus atau tabel dapat kita sesuaikan dengan berbagai bentuk normalisasi ini, untuk contoh 3NF kita akan mengambil contoh dari tabel order.
Normalisasi Database Bentuk 3NF

Pada tabel pertama di atas, apakah semua kolom sepenuhnya tergantung pada primary key? tentu tidak, hanya saja ada satu field yaitu total yang bergantung pada harga dan jumlah, total dapat dihasilkan dengan mengalikan harga dan jumlah. Bentuk 3NF dalam tabel di atas dapat dilakukan dengan membuang field Total.

Bentuk SQL
SELECT ORDERID, HARGA, JUMLAH, TOTAL
FROM ORDER
Menjadi
SELECT ORDERID, HARGA*JUMLAH AS TOTAL
FROM ORDER
BCNF Boyce–Codd normal form
Merupakan sebuah teknik normalisasi database yang sering disebut 3.5NF, memiliki hubungan yang sangat erat dengan bentuk 3NF. Pada dasarnya adalah untuk menghandle anomali dan overlooping yang tidak dapat di handle dalam bentuk 3NF. Normalisasi database bentuk ini tergantung dari kasus yang disediakan, tidak semua tabel wajib di normalisasi dalam bentuk BCNF.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
    Teknik normalisasi adalah proses pengelompokan data element menjadi tabel-tabel yang entity dan relasi. 
    Proses pembentukan tabel normal penuh (normalisasi)bertujuan untuk:
 Membuat sekecil mungkin terjadinya data rangkap
1. Menghindari data yang tidak konstan terutama bila dilakukan penambahan dan penghapusan data sebagai akibat adanya data rangkap
2. Menjamin bahwa identitas tabel secara tunggal sebagai determinan semua atribut
Proses normalisasi juga digunakan pada beberapa operasi yang berhubungan dengan data record yaitu
a. Operasi penambahan (insert)
b. Operasi penghapusan (delete)
c. Operasi pengubahan (update)
d. Operasi pembacaan data
    Apabila terjadi kesulitan saat proses data maka tabel-tabel di pecahkan menjadi beberapa tabel yang merupakan hasil pengolompokan data berdasarkan entiti masing-masing.
Syarat dalam melakukan normaliasi
a. Adanya field (attribute kunci)
b. Berdasarkan kepada ketergantungan fungsi 

3.2 Saran







Daftar Pustaka

Kadir, Abdul. (2003). Pengenalan Sistem Informasi. Penerbit Andi. Yogyakarta
Simarmata, Janner. (2007). Perancangan Basisdata. Penerbit Andi. Yogyakarta
           

Rabu, 06 April 2016

Makalah Sistem Informasi Kesehatan

MAKALAH PENERAPAN SISTEM INFORMASI
DI BIDANG KESEHATAN



OLEH
SITI HARDIATI 
15101439
Kelas H






KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Sistem Infomasi di Bidang Kesehatan”.
Makalah ini telah dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun saya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.




Denpasar,05 April 2016

         Penyusun
      Siti Hardiati







Daftar Isi
1. Kata Pengantar ……………………………………………….…………………………...
2. Daftar Isi …………………………………………………………………………………..
3. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang      ……………………………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………….
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………..
4. BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tujuan dari penerapan Sistem Informasi Kesehatan …………………….……
2.2 Bentuk data yang diperoleh dari Sistem Informasi Kesehatan ………………..
2.3 Proses pengolahan dari Sistem Informasi Kesehatan …………………………
2.4 Informasi yang dihasilkan dari Sistem Informasi Kesehatan …………………
2.5 Manfaat dari informasi yang dihasilkan dari Sistem Informasi Kesehatan …..
2.6 Pengetahuan yng didapat dari Sistem Informasi Kesehatan ………………….
5.BAB. III PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………..   
3.2 Saran …………………………………………………………………………   
6. Daftar Pustaka       








BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sistem Informasi Kesehatan merupakan salah satu bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari Sistem Kesehatan di suatu negara. Kemajuan atau kemunduran Sistem Informasi Kesehatan selalu berkorelasi dan mengikuti perkembangan Sistem Kesehatan, kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi ( TIK ) bahkan mempengaruhi Sistem Pemerintahan yang berlaku di suatu negara. Suatu system yang terkonsep dan terstruktur dengan baik akan menghasilkan Output yang baik juga. Sistem informasi kesehatan merupakan salah satu bentuk pokok Sistem Kesehatan Nasional ( SKN ) yang dipergunakan sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan, pedoman dan arahan penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta pembangunan berwawasan kesehatan. Dengan sistem Informasi kesehatan yang baik maka akan membuat masyarakat tidak buta dengan semua permasalahan kesehatan. Dan mau membawa keluarga nya berobat dengan mudah bukan lagi dengan birokrasi yang rumit yang membuat masyarakat enggan membawa anggota keluarganya berobat di pelayanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah. Dengan maraknya perkembangan media dan teknologi seharusnya membuat masyarakat dan khususnya pada mahasiswa kesehatan masyarakat melek akan kemajuan berinovasi terhadap sistem informasi kesehatan Indonesia. Berlandaskan dengan fakta yang terjadi di masyarakat pada saat ini seharus nya bisa dijadiakan bahan evaluasi dan pertimbangan untuk dapat membentuk sistem informasi kesehatan yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat,  dengan banyaknya referensi yang ada pada saat Ini sehingga bisa dijadikan rumusa yang tepat dan membuat sistem informasi kesehatan yang tepat guna.
Sistem Informasi Kesehatan merupakan  gabungan perangkat dan prosedur yang digunakan untuk mengelola siklus informasi ( mulai dari pengumpulan data sampai pemberian umpan balik informasi ) untuk mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kinerja sistem kesehatan. Informasi kesehatan selalu diperlukan dalam pembuatan program kesehatan mulai dari analisis situasi, penentuan prioritas, pembuatan alternatif solusi, pengembangan program, pelaksanaan dan pemantauan hingga proses evaluasi.  
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa tujuan dari penerapan Sistem Informasi Kesehatan ?
b. Bagaimana bentuk data yang diperoleh dari Sistem Informasi Kesehatan ?         
c. Bagaimana proses pengolahan dari Sistem Informasi Kesehatan ?
d. Informasi apa saja yang dihasilkan dari Sistem Informasi Kesehatan ?
e. Apa saja manfaat dari informasi yang dihasilkan dari Sistem Informasi Kesehatan ?
f. Apa saja pengetahuan yng didapat dari Sistem Informasi Kesehatan ?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa tujuan dari penerapan Sistem Informasi Kesehatan
b. Untuk mengetahui bagaimana bentuk data yang diperoleh dari Sistem Informasi
    Kesehatan
c. Untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan dari Sistem Informasi Kesehatan
d. Untuk mengetahui informasi apa saja yang dihasilkan dari Sistem Informasi Kesehatan
e. Untuk mengetahui apa saja manfaat dari informasi yang dihasilkan dari Sistem
    Informasi Kesehatan
f. Untuk mengetahui apa saja pengetahuan yang didapat dari Sistem Informasi Kesehatan









BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tujuan dari penerapan Sistem Informasi Kesehatan
Pengelolaan data di rumah sakit merupakan salah satu komponen yang penting dalam mewujudkan suatu sistem informasi di rumah sakit. Pengelolaan data secara manual, mempunyai banyak kelemahan, selain membutuhkan waktu yang lama, keakuratannya juga kurang dapat diterima, karena kemungkinan kesalahan sangat besar. Dengan dukungan teknologi informasi yang ada sekarang ini, pekerjaan pengelolaan data dengan cara manual dapat digantikan dengan suatu sistem informasi dengan menggunakan komputer. Selain lebih cepat dan mudah, pengelolaan data juga menjadi lebih akurat
Standar dan mutu layanan kesehatan di Indonesia belum menggembirakan dan masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara lain. Perhatian negara terhadap standar fasilitas kesehatan bagi penyedia jasa kesehatan dan pengaruhnya terhadap hasil perawatan pasien juga masih kurang. Untuk membenahi sistem kesehatan nasional secara progresif dibutuhkan solusi cerdas berupa layanan elektronik kesehatan atau disebut dengan E-Health. Yang merupakan solusi entreprise di bidang kesehatan karena melibatkan berbagai pihak, mulai dari masyarakat luas, rumah sakit, puskesmas, perguruan tinggi, hingga produsen obat dan industri farmasi. Keterpaduan dan integrasi antara E-Health dengan SIAK (Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan), baik dalam lingkup nasional maupun regional sangat membantu optimalisasi sistem kesehatan rakyat dimasa mendatang. Proses Digital Medical Records (DMR) atau rekam medis elektronik merupakan segmen fundamental dari E-Health.
2.2 Bentuk data yang diperoleh dari Sistem Informasi Kesehatan
            Dewasa ini rekam medis merupakan salah satu topik yang sedang hangat dibicarakan di masyarakat seakan membuka mata masyarakat khususnya pasien rumah sakit bahwa rekam medis merupakan hak pasien untuk mengetahui status kesehatan atau penyakitnya. Rekam medis menyimpan sejarah lengkap kesehatan seorang pasien, diagnosa yang akurat sangat bergantung pada informasi historis rekam medis pasien. Idealnya, setiap orang mempunyai historis rekam medis longitudinal, yang menyimpan catatan kesehatan sejak lahir. Rekam medis ini menyimpan informasi kesehatan, baik penyakit yang pernah diderita maupun catatan kondisi kesehatan, sejak kelahiran seorang pasien. Informasi medis ini akan sangat membantu seorang dokter mengetahui status atau kondisi kesehatan seorang pasien. Di Indonesia, rekam medis longitudinal masih menjadi tanggung jawab pasien, karena Indonesia belum memiliki regulasi tentang standar untuk pengelolaan dan penyimpanan rekam medis. Hal ini tentu saja menyulitkan pasien untuk memiliki historis rekam medis yang lengkap.
Persoalan lain yang ada di Indonesia terkait dengan pengelolaan data historis kesehatan pasien, dimana sebagian besar rumah sakit dan instansi kesehatan masih menyimpan data kesehatan format teks saja. Sedangkan data citra medis seorang pasien belum terintegrasi dengan data historis pasien dan disimpan independen. Alasan utama penyimpanan yang terpisah antara data tekstual dan citra medis ini adalah karena keterbatasan kapasitas penyimpanan dan bandwith telekomunikasi yang diperlukan jika data tersebut harus diakses lewat jaringan. Infrastruktur telekomunikasi di Indonesia saat ini belum mendukung wide bandwith yang sangat penting untuk pertukaran data citra medis. Oleh karena itu, pengembangan metode kompresi citra medis berasio kompresi tinggi yang mampu mempertahankan informasi penting, sangat diperlukan dalam rangka mengintegrasikan data citra medis dengan data pasien serta mendukung pertukaran data teks dan citra medis antara berbagai penyedia layanan kesehatan khususnya rumah sakit.Jadi bentuk data yang dioah adalah riwayat kesehatan pasien atau rekam medik pasien dan SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit). Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah sistem komputerisasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses bisnis layanan kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat. Sistim Informasi Manajemen (SIM) berbasis komputer merupakan sarana pendukung yang sangat penting bahkan bisa dikatakan mutlak untuk operasional rumah sakit. Berbagai pengalaman rumah sakit yang menggunakan sistim administrasi konvensional menunjukan banyaknya kehilangan kesempatan memperoleh laba akibat dari lemahnya koordinasi antar departemen maupun kurangnya dukungan informasi yang cepat, tepat, akurat, dan terintegrasi.
2.3 Proses pengolahan dari Sistem Informasi Kesehatan
Kehadiran dan kemajuan teknologi komputer dan teknologi informasi saat ini telah membawa manfaat yang luar biasa dalam menghadirkan informasi dan memberikan sarana komunikasi yang efektif dan efisien. maka pengembangan e-health merupakan salah satu bentuk peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

A.   Sistem Mengolah Rekam Medik

1.      Sistem Penamaan
Sistem penamaan dalam pelayanan medis yaitu tata cara penulisan nama pasien yang bertujuan untuk membedakan satu pasien dengan pasien yang lain dan untuk memudahkan dalam pengindeksan Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP).
Penulisan nama dalam formulir rekam medis harus memenuhi persyaratan penulisan untuk diindeks dan memenuhi kelengkapan nama seseorang. Menurut Bambang Shofari dalam bukunya yang berjudul Pengantar Sistem Rekam Kesehatan (PSRK) tahun edisi 1998 cara menulis dan mengindeks nama dalam formulir rekam medis adalah sebagai berikut
a.     Menulis nama orang Indonesia.

1)   Nama Tunggal
Nama orang dapat terdiri dari satu suku kata, dua kata atau lebih. Nama orang hanya terdiri dari satu suku kata, diindeks sebagaimana  nama itu disebut.
Contoh :
Nama                                          Diindeks akan ditulis
Suniati                                         Sumiati
Marno                                         Marno





2)  Nama Majemuk
Nama orang Indonesia yang majemuk dan oleh si pemilik nama itu ditulis menjadi satu, diindeks sebagaimana nama itu ditulis.
Contoh :
Nama                                          Diindeks akan ditulis
Ira Ayu                                       Ira Ayu
Isnaini Fitriana                            Isnaini Fitriana

2.      Sistem Penjajaran
Dokumen rekam medis yang disimpan didalam rak penyimpanan tidak ditumpuk melainkan disusun, berdiri sejajar satu dengan yang lain.
Menurut Bambang Shofari dalam bukunya Pengantar Sistem Rekam Kesehatan (PSRK) tahun edisi 1998 penjajaran dokumen rekam medis ada 3 cara yaitu :
a. Sistem Nomor Langsung (Straight Numerical Filing)
Sistem penyimpanan dokumen rekam medis dengan menjajarkan folder dokumen rekam medis berdasarkan urutan nomor rekam medis dari awal.
Contoh :
Angka ke-1            Angka ke-2            Angka ke-3
Seksi 01             Seksi 02               Seksi 03
01-11-98            02-08-75              03-89-55
01-11-99            02-08-76              03-89-56

3.      Sistem Penomoran
Sistem penomoran dalam pelayanan rekam medis yaitu tata cara penulisan nomor yang diberikan kepada pasien yang datang berobat sebagai bagian dari identitas pasien yang bersangkutan. Tujuannya yaitu :
a.    Sebagai petunjuk pemilik folder yang bersangkutan.
b.    Sebagai pedoman dalam tata cara penyimpanan dokumen rekam medis.
c.    Sebagai petunjuk dalam pencarian dokumen rekam medis yang telah tersimpan di filing.
Menurut Bambang Shofari dalam bukunya yang berjudul Pengantar Sistem Rekam Kesehatan (PSRK) ada tiga sistem pemberian nomor pasien (Administrasion Numbering System) adalah sebagai berikut :
a.    Pemberian nomor cara Serial Numbering System
Yaitu sistem penomoran dimana setiap pasien yang berkunjung ke rumah sakit atau puskesmas selalu mendapatkan nomor baru. Keuntungan menggunakan sistem ini yaitu petugas lebih mudah mengerjakan, namun kerugiannya yaitu membutuhkan waktu lama untuk mencari atau mendapatkan berkas rekam medis pasien lama karena satu pasien mendapatkan lebih dari satu nomor rekam medis sehingga informasi pelayanan klinisnya menjadi tidak berkesinambungan dan dapat merugikan pasien.
b.  Pemberian nomor cara Unit Numbering System
Yaitu sistem penomoran dimana sistem ini memberikan satu nomor rekam medis pada pasien berobat jalan, pasien rawat inap, gawat darurat dan bayi baru lahir. Kelebihan sistem ini adalah informasi klinis dapat berkesinambungan, tetapi pengambilan data pasien akan lebih lama karena semua data dan informasi mengenai pasien dan pelayanan pendaftaran pasien pernah berkunjung (berobat) atau sebagai pasien lama hanya memiliki satu nomor. Kekurangan ini dapat diatasi dengan sistem pelayanan yang terpisah antara pendaftaran pasien lama atau baru.
c.  Pemberian nomor cara Serial Unit Numbering System
Yaitu sistem penomoran dengan menggabungkan sistem seri dan sistem unit.Setiap pasien yang berkunjung pada sarana pelayanan kesehatan diberikan nomor baru, tetapi dokumen rekam medis terdahulu digabungkan dan disimpan jadi satu dibawah nomor yang paling baru. Kekurangannya yaitu petugas menjadi lebih repot setelah selesai pelayanan informasi klinis tidak berkesinambungan.

4.      Sistem Penyimpanan
Dokumen rekam medis berisi data individual yang bersifat rahasia, maka setiap folder harus disimpan dan dilindungi dengan baik karena bertujuan untuk :
a.    Mempermudah dan mempercepat ditemukannya kembali dokumen yang disimpan dalam rak filing.
b.    Mempermudah mengambil dari tempat penyimpanan.
c.    Melindungi dokumen rekam medis dari bahaya pencurian, kerusakan fisik, kimiawi dan biologis.
Syarat dokumen rekam medis dapat disimpan yaitu apabila pengisian pada lembar formulir rekam medis telah terisi dengan lengkap dan telah dirakit sehingga riwayat pasien urut secara kronologis.
B.   Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

a)      Komponen input
Input mewakili data  yang masuk kedalam sistem informasi. Input disini termasuk metode dan media  untuk menangkap  data  yang  akan dimasukkan, yang  dapat berupa  dokumen­ dokumen dasar.

b)      Komponen model
Komponen ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematik  yang  akan memanipulasi data  input dan data  yang  tersimpan di basis data  dengan cara  yag  sudah ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.

c)      Komponen output
Hasil dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua pemakai sistem.

d)     Komponen teknologi
Teknologi merupakan “tool box”  dalam sistem informasi, Teknologi digunakan untuk menerima  input, menjalankan  model, menyimpan dan mengakses data, neghasilkan dan mengirimkan keluaran, dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan.

e)      Komponen hardware
Hardware berperan penting sebagai suatu media  penyimpanan vital bagi sistem informasi.Yang berfungsi sebagai tempat untuk  menampung  database atau  lebih  mudah dikatakan sebagai sumber  data  dan informasi untuk memperlancar dan mempermudah kerja  dari sistem informasi.

f)       Komponen software
Software  berfungsi sebagai tempat untuk  mengolah,menghitung  dan memanipulasi data yang diambil dari hardware untuk menciptakan suatu informasi.

g)      Komponen basis data
Basis data (database)  merupakan  kumpulan data  yang saling  berkaitan dan berhubungan satu dengan yang lain, tersimpan di pernagkat keras komputer dan menggunakan perangkat lunak  untuk  memanipulasinya.  Data  perlu disimpan dalam basis data  untuk  keperluan penyediaan informasi lebih  lanjut. Data  di dalam basis data  perlu diorganisasikan sedemikian rupa supaya informasi yang dihasilkan berkualitas. Organisasi basis data yang baik juga  berguna  untuk  efisiensi kapasitas penyimpanannya. Basis data  diakses atau dimanipulasi menggunakan perangkat lunak  paket yang  disebut DBMS  (Database Management System).

h)      Komponen kontrol
Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti bencana alam, api, te,peratur, air,debu, kecurangan­kecurangan, kegagalan­kegagalan sistem itu  sendiri, ketidak  efisienan, sabotase dan lain sebagainya. Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal­hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan­kesalahan dapat langsung cepat diatasi.

2.4 Informasi yang dihasilkan dari Sistem Informasi Kesehatan
Rekam medis menyimpan sejarah lengkap kesehatan seorang pasien, diagnosa yang akurat sangat bergantung pada informasi historis rekam medis pasien. Idealnya, setiap orang mempunyai historis rekam medis longitudinal, yang menyimpan catatan kesehatan sejak lahir. Rekam medis ini menyimpan informasi kesehatan, baik penyakit yang pernah diderita maupun catatan kondisi kesehatan, sejak kelahiran seorang pasien. Informasi medis ini akan sangat membantu seorang dokter mengetahui status atau kondisi kesehatan seorang pasien. Di Indonesia, rekam medis longitudinal masih menjadi tanggung jawab pasien, karena Indonesia belum memiliki regulasi tentang standar untuk pengelolaan dan penyimpanan rekam medis. Hal ini tentu saja menyulitkan pasien untuk memiliki historis rekam medis yang lengkap.
Penerapan suatu Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) merupakan solusi penerapan Teknologi Informasi bidang kesehatan, Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) merupakan suatu tatanan yang terkait dengan pengumpulan data, pengelolaan data, penyajian informasi, analisis dan penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit.
Keuntungan lain adalah terhadap integrasi data di setiap unit. Bila dengan sistem manual, data pasien harus dimasukkan di setiap unit, maka dengan SIMRS data tersebut cukup sekali dimasukkan di pendaftaran saja. Hal ini jelas mengurangi beban kerja adminstrasi dan menjamin konsistensi data. Ilustrasi pada awal makalah ini merupakan gambaran proses integrasi pada beberapa unit layanan di rumah sakit.
Pengaruh SIMRS yang dirasakan oleh pasien adalah semakin cepat dan akuratnya pelayanan. Sekarang pasien tidak perlu menunggu lama untuk menyelesaikan administrasinya, baik rawat inap ataupun rawat jalan. Hal yang sama juga dirasakan perusahaan pelanggan, dimana tagihan yang dikirim cukup akurat dan detil sehingga memudahkan analisa mereka terhadap biaya rumah sakit.
Implementasi SIMRS juga berpengaruh positip terhadap setiap pelaporan. Dengan adanya SIM, proses pelaporan hanya memakan waktu dalam hitungan menit sehingga kita dapat lebih konsentrasi untuk menganalisa laporan tersebut.

2.5 Manfaat dari informasi yang dihasilkan dari Sistem Informasi Kesehatan

a) Dapat memantau perkembangan Rumah Sakit secara akurat
b) Dapat meningkatkan pelayanan dibidang kesehatan kepada masyarakat secara akurat.
c) Rumah Sakit tersebut dapat terpantau secara langsung oleh lembaga-lembaga dari luar atau        dalam Negeri secara akurat,sehingga mempermudah akses bagi lembaga tersebut jika akan memberikan informasi serta mempermudah akses jika ingin memberikan dana.
d) Dapat menyimpan data base Rumah Sakit mulai dari Pasien, Karyawan yang terdiri dari Data Rumah Sakit, data administrasi,data Aset Rumah Sakit dan lain-lain
e)  Dapat mengangkat brand image Rumah Sakit tersebut secara tidak langsung dengan memiliki fasilitas modern
f) Dapat mengurangi beban kerja sub-bagian rekam medis dalam menangani berkas rekam medis,Bagian Rekam Medis memang sub-bagian yang paling direpotkan mulai dari coding,indexing,filling dan lain-lain.Sebagian Rumah Sakit di Indonesia masih mengggunakan petugas Rekam Medis ataupun kurir dalam mendistribusikan berkas-berkas ke masing-masing pelayanan
g) Dapat mengurangi pemakaian kertas.Pemakaian kertas masih belum bisa dihilangkan di Indonesia karena data medis sangat rentan dengan hukum dan akan memporakporandakan perdagangan kertas di Indonesia . Dengan sistem yang terkomputerisasi , pemakaian kertas yang bisa di pangkas antara lain :
1 Lembar kertas Rekam Medis yang tidak berhubungan dengan
masalah Autentikasi atau aspek hukum
2 Laporan masing-masing unit pelayanan ( karena semua laporan
telah terekap oleh sistem )
3 Rekap Laporan ( RL ) 1-6 yang dikirim ke dinas Kesehatan.


4. Menghasilkan pelaporan keuangan rumah sakit yang dapat di pertanggungjawabkan.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Juragan Sopwer Sudah Terdaftar pada HAKI ( Hak Kekayaan Intelektual ) Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, Nomer :C00201104668

2.6 Pengetahuan yng didapat dari Sistem Informasi Kesehatan

1.Budaya Kerja
Karena SIMRS ini mensyaratkan kedisiplinan dalam pemasukan data, baik ketepatan waktu maupun kebenaran data, maka budaya kerja yang sebelumnya menangguhkan hal-hal seperti itu menjadi berubah.
Hal ini dapat terjadi karena SIMRS terintegrasi dengan seluruh unit layanan. Sebagai contoh, jika unit registrasi tidak memasukkan data pasien yang akan berobat, maka unit layanan tidak mungkin dapat memasukkan layanan kepada pasien tersebut, dan kasir pun tidak mungkin menerima pembayaran dari pasien tersebut. Katakanlah semua unit sepakat untuk menangguhkan pemasukan datanya, maka keesokan harinya, manajer akan melihat penurunan trend pasien atau melihat ada pasien-pasien yang menggantung. Ada juga pengalaman menarik yang kami temukan dalam implementasi SIMRS di suatu Rumah Sakit, karena dasar perhitungan imbalan jasa medik untuk dokter dan perawat dihitung berdasarkan data transaksi yang ada di SIM, maka dokter yang berkepentingan dengan data tersebut menjadi supervisor data yang dimasukkan tanpa diminta. Implikasinya adalah, sedikit sekali data yang salah dimasukkan.
2.Transparansi
SIMRS sebaiknya dirancang menganut kebijakan data terpusat, artinya data-data yang digunakan oleh seluruh rumah sakit berada di bawah satu kendali. Misalnya untuk data tarif tindakan, unit layanan tidak boleh dan tidak bisa memasukkan atau mengubah tarif yang ada, data yang mereka masukkan hanya layanan yang diberikan kepada pasien sehingga manipulasi tarif tidak dimungkinkan. Hal lain lagi, pendapatan setiap unit layanan terlihat dari laporan harian yang selalu dilaporkan kepada direktur. Dengan demikian setiap orang dapat melihat jalannya proses transaksi di rumah sakit dan secara tidak langsung juga turut mengawasi proses tersebut.
3.Koordinasi antar unit (Team working)
Karena seringkali data yang digunakan oleh unit layanan tertentu adalah milik unit layanan yang lain, misalnya kode perusahaan pelanggan adalah milik keuangan yang digunakan secara intensif oleh medrec, maka ketika terjadi perubahan terhadap data tersebut, unit yang bersangkutan akan mengkoordinasikannya dengan unit yang terpengaruh. Apabila hal ini tidak dilakukan maka dengan sendirinya akan terjadi kekacauan data referensi.
4.Pemahaman sistem
Apabila dulu dengan sistem manual, sedikit sekali personel yang mengetahui atau perduli dengan proses yang terjadi di unit lain, maka dengan adanya SIMRS hal tersebut terjadi dengan sendirinya. Ini karena seringkali untuk memahami aliran data sampai datang kepada unitnya, melibatkan berbagai unit lain. Ketika terjadi kesalahan setiap user berusaha mencari tempat terjadinya kesalahan tersebut agar bukan unitnya yang disalahkan. Efeknya adalah mereka menjadi paham bagaimana sistem di rumah sakit tersebut bekerja.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

     Dari uraian di atas menunjukkan bahwa :
• Sistem Informasi dapat meningkatkan kualitas pelayanan.
• Sistem Informasi dapat menjaga standar praktek medis yang baik dan benar.
• Sistem Informasi dapat menjadi alat koordinasi yang sangat efektif.
• Sistem Informasi dapat menjadi fungsi kontrol yang konsisten.
• Sistem Informasi dapat meningkatkan pendapatan.

3.2 Saran



















Daftar Pustaka